SERUAN – Khilafiah atau perbedaan pendapat adalah hal yang amat wajar dalam Islam. Termasuk perbedaan pendapat antara guru dan murid. Imam Syafii dan Imam Malik adalah dua orang ulama besar yang memberikan contoh bagaimana sikap bijaksana dalam berbeda pendapat.
Dalam sebuah majelis Ilmu Imam Malik memberikan ceramah kepada murid-muridnya. Beliau menyampaikan pada murid-muridnya bahwa rezeki itu Allah yang mengatur dan dating tanpa sebab. Imam Malik melanjutkan bahwa tugas seorang muslim cukup bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan memberikan rezeki.
Guru dari Imam Syafii tersebut melandasi pernyataannya dari sebuah hadis Rasulullah SAWyang berbunyi :
”Andai kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang.”
Mendengar pernyataan dari gurunya, Imam Syafii yang merupakan murid yang sangat kritis mempertanyakan kembali maksud dari pernyataan Imam Malik.
“Wahai Imam, kalaulah sang burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin dia akan mendapatkan rezeki?”
Imam Syafii berpendapat bahwa perlu usaha keras dalam mencari rezeki, tidak bisa didapatkan hanya dengan tawakkal, tapi perlu ada ikhtiar.
Maka terjadilah perdebatan antara guru dan murid tersebut. Masing-masing bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing tentang rezeki.
Hingga suatu hari Imam Syafii berjalan-jalan, sang Imam melihat ada beberapa orang yang memetik anggur, dan sang Imam pun berusaha membantu mereka. Sebagai imbalannya Imam Syafii memperoleh beberapa ikat anggur dari pekerjaannya membantu petani memetik anggur.
Imam Syafii pun senang, bukan hanya karena mendapatkan beberpa ikat anggur, namun Karena mendapatkan pembuktian dari pendapatnya soal rezeki yang harus dicari. Bergegaslah Imam Syafii menemui Imam Malik menyampaikan pembuktiannya.
Imam Syafii pun bertemu dengan Imam Malik, sambil meletakkan beberapa ikat anggur didepan gurunya, Imam Syafii berkata “Wahai Imam, kalaulah saya tidak pernah keluar untuk memanen anggur, tentulah saya tidak akan pernah memperoleh anggur ini”.
Mendengar dalil dari muridnya tersebut, Imam Malik pun menyahut “Hari ini saya tidak ada keluar untuk memetik anggur, hanya menjalankan tugas biasa sebagai guru, namun engkau datang membawakan anggur untukku. Bukankah ini yang rezeki didatangkan tanpa sebab? Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biar Allah yang mengurusnya”.
Mendengar pernyataan dari sang guru, Imam Syafii pun mengiyakan dan akhirnya kedua ulama tersebut tertawa bersama karena memiliki dua pendapat yang berbeda dari hadis yang sama.
Sumber : Republika.co.id