Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

PSBB Longgar, Aturan Dilanggar, Sudahkah Masyarakat Sadar?

Oleh: Desyu Ramadani, Alumnus Fakultas Hukum, Universitas Andalas 

GOUVERNEUR C'EST PREVOIR 

“menjalankan pemerintahan itu, berarti melihat ke depan dan merencanakan apa saja yang akan atau harus dilakukan”

Sesuai dengan adagium tersebut bahwasanya kita tau pemerintah harus secara cepat dan tanggap dalam menyikapi problematika yang lahir ditengah merebaknya wabah Covid 19. Seakan menjadi sebuah harapan baru, pengobat kemelut sosial dan ekonomi yang semakin terpuruk, diberlakukanlah New Normal untuk menjawab segala kegelisahan masyarakat. Namun perencanaan memang tidak selalu berbanding lurus dengan keadaan yang terjadi dilapangan. Menilik secara mendalam nyatanya masyarakat dan pemerintah belum padu dalam melaksanakan New Normal yang berbasis prokol kesehatan. Pemerintah dengan perencanaannya sementara masyarakat dengan kepentingannya. Seolah-olah berjalan berbeda arah padahal tujuannya satu, pemerintah ingin mengamankan masyarakat dan masyarakat ingin merasa aman dalam menjalani aktivitas ditengah pandemi. Belum bersinerginya kedua elemen ini tentu saja disebabkan banyak faktor. 

Berdasarkan laporan sementara dari Dr. dr. Andani Eka Putra, M. Sc selaku penanggungjawab pemeriksaan  3.831 sample spesimen di Sumatera Barat, 233 orang terkonfirmasi positif covid-19. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebanyak 3.683 sample dan di Laboratorium veterenir Baso Agam sebanyak 148  sample. Terdapat penambahan kasus positif sebanyak 209 orang dan sementara sembuh 54 orang. Jumlah terkonfirmasi terus meningkat berbanding jauh dengan jumlah yang sembuh. Sebelumnya pada tanggal 11 agustus juga sudah ada surat terbuka dari dokter pimpinan rumah sakit stroke Bukittinggi terkait semakin banyaknya tenaga medis yang tumbang dan positif terpapar covid 19.

Melihat pertambahan jumlah kasus yang meningkat terutama di wilayah Padang yaitu 119 orang, Bukitinggi 26 orang dan Agam 21 orang dengan Padang dan Agam yang berstatus zona merah beresiko tinggi dan Bukitinggi dengan zona oranye. terdapat beberapa faktor social yang terjadi dimasyarakat yang menjadipemicu meningkatnya jumlah positif corona diantaranya,

Pertama, pelaksanaan protokol kesehatan yang tidak merata. seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah kewajiban memakai masker dan menjaga kebersihan dengan penyediaan tempat cuci tangan diberbagai fasilitas umum. Nyatanya dilapangan masih sangat banyak sekali terjadi kelalaian yang terasa seperti menyepelekan. Di pasar-pasar tradsional yang ada di daerah-daerah setempat yang biasa disebut pasar “pakan” karena sekali atau dua kali dalam seminggu. Masih banyak pembeli yang rata-rata golongan ibu rumah tangga belum memakai masker ketika berbelanja dan pedagang yang masih kurang paham akan urgensinya mematuhi protokol kesehatan yang seolah memakai masker hanya untuk memenuhi syarat yang ditetapkan pemerintah tanpa adanya kepedulian untuk benar-benar menjaga diri dari virus covid 19

Kedua, Pesta pernikahan diberbagai daerah, kita sebut saja salah satu daerah di Indonesia yakni Sumatra Barat yang setelah diberlakukan New Normal dengan diperbolehkannya kembali pelaksanaan hajatan dan pesta pernikahan yang sebut “baralek” memicu menumpuknya massa, apalagi yang datang bukan tamu undangan dari wilayah sekitar saja melainkan sanak family dari wilayah diluar Sumatera Barat atau dari rantau. Seperti yang sudah diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Minang lengket dan sudah membudaya dengan merantau. Akses dan kontak baik langsung maupun tidak langsung tentu saja memberikan pengaruh yang besar dalam penyebaran covid 19 terutama di wilayah Sumbar.

Ketiga, Maraknya kunjungan ke destinasi wisata yang ada di Sumbar,contohnya saja dengan dibukanya “Pasa Ateh” atau Pasar Atas yang terletak di kota Bukittinggi tepatnya disebelah jam gadang membuat angka kunjungan wisatawan terus meningkat ke kota Bukittinggi dari hari ke hari. Dari untuk hanya sekedar ingin tau,melihat-lihat atau memang bertujuan mencari ikonik baru tempat berfoto demi memenuhi kebutuhan dalam bersosial media. Sebetulnya sah-sah saja tapi saat tidak dibarengi dengan kesadaran mematuhi protokol kesehatan tentu akan menjadi boomerang tersendiri bagi kota Bukittinggi. Seperti yang telah diberitakan oleh Kominfo Sumbar bahwa kota Bukittinggi termasuk dalam zona Oranye.yang berarti daerah beresiko sedang. Namun jumlah pengunjungnya tetap banyak bahkan meningkat. 

New normal versi pemerintah belum sejalan dengan eksekusi dilapangan. Mungkin masih normal jika pasar ramai karena kegiatan ekonomi sangat vital dalam ketersediaan pangan masyarakat, tetapi ramainya destinasi wisata tentu tidaklah hal yang wajar. Harusnya ada Batasan kapasitas pengunjung yang masuk ke destinasi wisata setiap harinya guna meminimalisir menumpuknya masyarakat dititik tertentu.

Perbedaan perencanaan dengan praktiknya dilapangan yang pada dasarnya membuat angka kasus jumlah terpapar covid 19 bukannya menurun malah terus meningkat. 

Seharusnya kita dapat berkaca dan mencontoh dari negara tetangga yang telah berhasil menurunkan jumlah positif corona dinegaranya sendiri yaitu Vietnam. Sama- sama negara di Asia Tenggara dan sama-sama mengalami kasus penyebaran covid 19 di rentang waktu yang berdekatan, negara yang dikenal rendah dalam kapasitas penanganan kesehatan ini sangat tanggap dan cepat dalam mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kepada masyarakatnya akan pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri secara sistematis dengan membentuk pengetahuan kepada masyarakatnya, lalu mejadikan pematuhan protokol kesehatan sebagai upaya untuk mencintai negaranya dan melindungi penduduknya dari kemiskinan dan kelaparan. 

Setelah berhasil menurunkan angka positif corona barulah kegiatan pariwisata dan bisnis berjalan kembali. Sebuah Gerakan yang sangat apik dan cekatan dibanding melakukan PSBB dengan protokol kesehatan yang longgar. 

Aturanya ada tapi seolah hanya sebagai formalitas tanpa eksekusi yang tegas dilapangan. Kita perlu kembali menyelaraskan aturan yang dibuat dengan tujuan yang ingin dicapai. Sama-sama patuh dan tidak lempar kesalahan pihak satu ke pihak lain. Kita semua memiliki tanggungjawab itu, memiliki beban dalam mengurangi dan memberantas covid 19 agar terciptanya kembali lingkungan yang sehat dan kondusif. Saling patuh dan sadar akan tanggungjawab diri.

Related Posts
egip satria eka putra
Suka mengoleksi buku dan menulis. Mengoleksinya saja, sedang membacanya tidak.

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment