Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

Niatnya Buat Event Lomba atau Event Nubar?

Oleh: CitraMar, Pelajar Kota Lembang

Sebelumnya, ada yang belum kenal sama istilah Nubar? Jadi, Nubar itu singkatan dari Nulis Bareng. Nah, Nulis Bareng adalah event menulis keroyokan atau disebut dengan antologi, kumpulan dari beberapa penulis dalam satu buku–hingga ditulis oleh 2-40 penulis atau bisa lebih. Sedangkan lomba diadakan untuk menyaring naskah, bukan mengumpulkan semua naskah. 

Hanya saja, apakah ada yang pernah mengikuti lomba menulis dengan syarat wajib membeli buku jika ingin diterbitkan? Atau jika lolos, wajib membeli buku. Nah, dalam hati itu pasti bertanya-tanya dong, ini event lomba atau nubar sih? Niatnya pengen nambah pengalaman supaya lebih tahu kualitas tulisan kita kan? Tapi, kalau syarat wajib beli buku, apakah bisa disebut lomba?

Ternyata eh ternyata, Paradoks dunia kepenulisan dalam sosial media sebenarnya jauh sudah muncul sebelum era populernya facebook. Di era kemunculan Cyber Sastra akhir tahun 90-an. Beberapa kalangan redaktur media cetak memandang sinis karya sastra yang muncul di internet, di blog atau mailing list. Tidak adanya kurasi yang ketat, kebebasan unggah karya sana-sini membuat standar kualitas menjadi lemah dan tak bisa diadu dengan sastra mainstream seperti di koran, jurnal atau majalah.

Generasi Cyber menjawabnya dengan dalih merebut hegemoni media. Sebagian melepaskan penilaian karya pada hukum alam rimba raya dunia menulis; yang bagus akan muncul ke permukaan di manapun medianya. Hukum alam berlaku, yang berkarya buruk akan tenggelam dan dilupakan. Dalam ruang kesadaran yang terbangun secara dialektis  semacam itu, Cyber Sastra memberi jawaban yang setimpal, beberapa penulis dunia maya yang tekun pada akhirnya muncul sebagai penulis handal dengan karya yang tak kalah dibandingkan media konvensional selama ini.

Sebenarnya, semua lomba di bidang apapun, pada dasarnya punya konsep sebagai berikut:

  • Pendaftaran peserta. Biasanya gratis. Sekali lagi, gratis!

  • Ada hadiahnya. Sekali lagi: ada hadiahnya!

Loh loh loh, jadi gimana ya? Jadi gini, kalau ada lomba yang mengharuskan peserta membayar biaya pendaftaran, maka kemungkinannya ada tiga:

  1. Mereka penipu

  2. Mereka orang jujur dan amanah, tapi kurang modal. Mereka tidak bisa menyediakan dana untuk hadiah para pemenang. Dengan kata lain, hadiah untuk pemenang diambil dari biaya pendaftaran.

  3. Para peserta mendapat fasilitas tertentu.

Caranya gimana dong supaya kita bisa tetap ikut lomba, tapi naskah kita aman? Nah, ini dia caranya :

  1. Berbayar apa nggak. Jikalau berbayar, harus tahu untuk apa investasi itu dan fasilitas apa yang kita dapatkan.

  2. Siapa Jurinya. Kita gak tahu kan kalaujurinya itu berpengalaman enggaknya dalam dunia literasi dan dunia tulis menulis. Jadi harus lebih teliti.

  3. Senilai Nggak Hadiahnya dengan Jerih Payah Nulis. Jangan sampai hasil nulis kamu yang dipikirinnya siang malem, gak senilai sama apa yang kamu dapat.

  4. Ribet nggak syaratnya. Terkadang ada lomba menulis yang syaratnya lebih ribet daripada nulisnya.

  5. Bertanya pada teman yang lebih berpengalaman.Berpengalaman maksudnya bisa dari segi usia atau pengalamannya ikut lomba menulis. Pastikan kalau mau ikut lomba nulis, ada nggak di lingkaran pertemananmu yang pernah mengikuti lomba tersebut. 

Jadi, jikalau kita melihat sebuah pamflet lomba, jangan terburu-buru mengikuti lomba yang tidak jelas bagaimana ketentuannya. Bisa saja kita tercebur dalam event berbayar berkedok lomba. Maka, berhati-hatilah dalam mengikuti lomba. Semoga bermanfaat.

Related Posts
egip satria eka putra
Suka mengoleksi buku dan menulis. Mengoleksinya saja, sedang membacanya tidak.

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment