Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

Teknologi Digital Ibarat Pedang Bermata Dua

Teknologi Digital Ibarat Pedang Bermata Dua

Oleh: Sulistyaningsih, Mahasiswa Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Seruan Mahasiswa - Di era global saat ini, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat telah membawa perubahan sangat signifikan terhadap pola kehidupan masyarakat. 

Istilah teknologi digital kini telah melekat pada kehidupan sehari-hari. Bahkan, bagi masyarakat yang belum mahir mempelajari teknologi digital memiliki julukan “gaptek” atau gagap teknologi. Karenanya, agar masyarakat dapat bertahan mengikuti persaingan dunia kerja yang semakin gencar, mau tidak mau mereka harus belajar dan beradaptasi dengan dunia digital.

Migrasi teknologi analog ke teknologi digital memang membawa sejuta manfaat bagi umat manusia. Teknologi digital ini mampu memberikan kemudahan dalam melakukan beberapa aktivitas kehidupan. Terutama kemudahan dalam mengakses informasi dan menyebarkan informasi ke seluruh penjuru dunia. 

Namun, di balik kesuksesan teknologi digital dalam membawa perubahan, terdapat beberapa pihak yang menyalahgunakan kesempatan ini untuk membawa pengaruh negatif bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kecepatan penyebaran informasi membuat siapa saja dapat menerima berita dari sisi manapun. 

Namun, keabsahan dari beberapa berita terkadang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Banyak sekali berita-berita bohong atau biasa dikenal dengan hoax, bertebaran di media sosial. Berita hoax inilah yang sering menjadi penyebab timbulnya menyinggung SARA, kesalahpahaman, permusuhan, hingga ujaran kebencian yang ditujukan pada orang tertentu.

Meluasnya berita hoax ini menimbulkan terjadinya penurunan rasa nasionalisme dan juga penurunan pola berpikir kritis dalam menanggapi setiap berita yang diterima oleh masyarakat, hal ini dikarenakan kurangnya tingkat kejelian masyarakat dalam menelaah sumber berita yang diterima. 

Bagi para kalangan radikalis, biasanya mereka menggunakan media internet sebagai upaya untuk menyebarkan berita untuk melemahkan atau menjelekkan sistem pemerintahan, agar timbul suatu ketidakpercayaan rakyat pada sistem pemerintahan yang telah ada.

Selain itu, berita hoax juga menimbulkan dampak pada penurunan karakter masyarakat. Masih banyak masyarakat yang tak paham dengan etika bermedia sosial. Sebagaimana dilansir dari kompas.com, bahwa netizen Indonesia didapuk sebagai negara dengan tingkat kesopanan pengguna internet terendah di Asia Tenggara. Hal ini berdasarkan riset “Digital Civility Index” yang dirilis Microsoft saat mengukur tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang tahun 2020.

Contoh kasusnya yang kerap kita jumpai yaitu saat ini banyak kita temui “netizen” atau sebutan para pengguna media sosial, yang dengan mudahnya mengucapkan kata-kata kasar atau ujaran kebencian pada beberapa akun media sosial. 

Padahal, pada realita kehidupan sendiri terkadang seseorang tersebut cenderung lebih memiliki kepribadian yang pendiam. Namun, ketika orang tersebut mulai masuk di media sosial, ia akan dengan mudah mengetikkan kata-kata kasar yang tak pantas pada akun media sosial lainnya. 

Berdasarkan hal tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kecanggihan teknologi saat ini di satu sisi dapat membawa kemajuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan segala macam pekerjaan umat manusia. 

Namun, di sisi lain juga dapat berimbas negatif di mana kecanggihan teknologi ternyata dapat mempengaruhi karakter, rasa nasionalis, dan juga cara berpikir kritis masyarakat yang cenderung mengalami kemunduran.

Merespon berbagai persoalan tersebut, diperlukannya kesadaran diri untuk menata ulang budaya dan etika masyarakat yang baik dan membangun pengguna internet yang lebih bijak. Diperlukan pula suatu sosialaisasi pada masyarakat agar mampu untuk memilah informasi yang baik dan benar sehingga tidak mudah terhasut pada berita yang tidak jelas keabsahannya.

Pendidikan karakter juga perlu digalakkan agar masyarakat terutama generasi muda memiliki daya pikir kritis terhadap berita ataupun masalah yang diterimanya. Hal ini diharapkan mampu menciptakan kembali karakter masyarakat yang lebih baik dengan memiliki tingkat kesopanan dan keramahan tinggi ketika berhadapan dengan masyarakat lain, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Related Posts
@sevencorner
Estoy hablando por escrito! Mulutku bungkam, jemariku bicara!

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment