Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

Rencana Penghapusan Mata Pelajaran Sejarah oleh Kemendikbud Ditolak oleh PGRI dengan Lantang

 

Pendidikan, Seruan.id – Beredarnya kabar rencana penghapusan mata pelajaran sejarah pada Draf Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum  dan Asesmen Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tanggal 25 Agustus 2020 lalu, membuat sebuah polemik.

Rencana Kemendikbud tersebut dengan lantang ditolak oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI).

PB PGRI menolak rencana menghapus pelajaran sejarah di jenjang SMA dan SMK,” tegas Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi pada keterangan tertulis, pada Senin, (21/09/2020).

Menurut Unifah, pelajaran sejarah merupakan salah satu aspek penting bagi pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan Pancasiola dan UUD 1945.

Pelajaran sejarah sangat penting bagi pembentukan peserta didik yang berkarakter baik sesuai jati diri bangsa sesuai Pancasila dan UUD 1945,” tambahnya.

Bukan hanya dikalangan guru, namun Unifah juga berpendapat bahwa rencana penghapusan mata pelajaran sejarah ditingkat SMA/K akan menimbulkan banyak keresahan pada banyak pihak.

Pasalnya mata pelajaran sejarah berkontribusi penting dalam memberikan pemahaman dan penanaman nilai perjalanan suatu bangsa kepada generasi mendatang.

Hal seperti ini perlu dilakukan agar generasi penerus bangsa tidak melupakan jati diri dan identitas bangsanya.

Pelajaran sejarah berperan penting dalam mengembangkan jati diri bangsa, mengembangkan memori kolektif sebagai suatu bangsa, mengembangkan inspirasi, kreativitas, dan menanamkan nasionalisme yang produktif,” tutur Unifah.

Dalam kesempatan yang sama, PGRI meminta kepada Mendikbud, Nadiem Makarim mengkaji ulang penyederhanaan kurikulum 2013. Ia menyarankan agar Kemendikbud harus melibatkan para pemangku kepentingan dalam pembahasan penyederhanaan Kurikulum 2013.

PB PGRI meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengkaji secara cermat penyedehanaan Kurikulum 2013 dengan melibatkan para ahli dan mendengarkan aspirasi berbagai pemangku kepentingan pendidikan,” pinta Unifah.

Harusnya pendidikan harus dimaknai dalam pengertian yang lebih luas, yakni pendidikan yang memanusiakan manusia.

Kemendikbud harusnya mengedepankan pendidikan yang menanamkan watak yang baik, budi pekerti sesuai jati diri bangsa, dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebhinekaan global, berakar pada sejarah dan budaya bangsa.

Related Posts
@sevencorner
Estoy hablando por escrito! Mulutku bungkam, jemariku bicara!

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment