Ahli virologi asal Cina Li-Meng Yan mengatakan bahwa Cina telah sengaja membuat virus corona Covid-19 yang menyebabkan pembatasan sosial massal dan kematian di seluruh dunia. Hal itu disampaikan dalam acara Fox News Tucker Carlson pada Selasa, 15 September 2020.
Carlson secara khusus bertanya kepada Li-Meng Yan apakah dia yakin Partai Komunis Cina merilis virus dengan sengaja. Dia menjawab, "ya, tentu saja, itu sengaja," katanya, seperti dikutip Fox News, Rabu, 16 September 2020.
Li-Meng Yan mengatakan bahwa akan ada lebih banyak bukti yang dirilis, tapi dia hanya merujuk pada posisinya yang tinggi di laboratorium referensi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di University of Hong Kong, sebagai alasan untuk mempercayai tuduhannya. Dia mengaku telah menyelidiki secara mendalam dan rahasia sejak awal muncul wabah.
Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa dirinya mempunyai jaringan unit sendiri di Cina, terlibat dengan rumah sakit, juga bekerja sama dengan ahli virologi khusus virus corona top dunia. "Jadi, bersama dengan pengalamanku, aku bisa memberitahumu, ini dibuat di lab, dan juga disebarkan ke dunia untuk membuat kerusakan," ujar wanita berkacamata ini.
Namun, komentar Li-Meng Yan bertentangan dengan pendapat Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci, yang sebelumnya meragukan gagasan bahwa virus itu dibuat secara artifisial.
Pada Mei 2020, dia mengatakan kepada National Geographic, bahwa jika siapapun melihat evolusi virus pada kelelawar, dan apa yang ada di luar sana sekarang, sangat condong ke arah bahwa virus tidak mungkin secara artifisial atau sengaja dimanipulasi.
"Cara mutasinya telah berevolusi secara alami," kata Fauci yang juga penasihat virus corona Gedung Putih.
Ilmuwan lain juga telah mengkritik gagasan bahwa Covid-19 berfungsi sebagai semacam senjata biologis atau dirilis oleh laboratorium.
Fox News sebelumnya melaporkan Li-Meng Yan pada Juli lalu, ketika dia membocorkan dugaan upaya Cina untuk menekan informasi tentang penanganan virus.
Dengan jaringan kontak yang luas di fasilitas medis Cina, Li-Meng Yan berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi tentang virus tersebut saat Cina memblokir para ahli luar negeri untuk melakukan penelitian di negara tersebut.
Pengungkapannya memicu keluhan yang berkelanjutan bahwa pemerintah Cina gagal memberi tahu dunia sejak dini tentang ancaman virus itu. Secara khusus, dia yakin pemerintah Cina mengabaikan penelitian yang bisa menyelamatkan nyawa. Ketika dimintai komentar oleh Fox News soal ini, Departemen Luar Negeri tidak segera menanggapinya.
University of Hong Kong membantah klaim Li-Meng Yan tersebut dengan mengkonfirmasi bahwa laporan berita tersebut tidak sesuai dengan fakta-fakta kunci yang mereka pahami. Juga mencatat bahwa Li-Meng Yan belum melakukan penelitian tentang topik tersebut di kampus dari Desember 2019 hingga Januari 2020.
"Kami selanjutnya mengamati bahwa apa yang mungkin ditekankannya dalam wawancara yang dilaporkan tidak memiliki dasar ilmiah tapi menyerupai desas-desus," kata pihak University of Hong Kong.
Li-Meng Yan, yang mengatakan dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus corona telah meninggalkan Cina dan mengaku takut terhadap pemerintah Cina. Dia diduga diminta oleh atasannya di laboratorium rujukan WHO itu, Leo Poon, pada Desember 2019 untuk menyelidiki kelompok aneh kasus mirip SARS yang keluar dari daratan Cina.
Sumber: Tempo.co