Gouden Koets, sebuah kereta kuda untuk upacara resmi
Kerajaan Belanda yang bergambar masa penjajahan Belanda. Kereta yang terbuat
dari kayu ini sempat viral karena hiasan gambar dalam kereta kuda tersebut
terdapat gambar budak asal Indonesia.
Banyak warga dunia, termasuk Warga Negara Indonesia yang
tidak berterima dengan gambar yang terdapat pada kereta kuda yang kerap disebut
Gouden Koets tersebut.
Gouden Koets atau “Kereta Kuda Emas” Kerajaan Belanda
tersebut dihujani kritik dari seluruh warga penjuru dunia dan Warga Negara
Indonesia (WNI) hingga memunculkan petisi beberapa waktu lalu berbarengan
dengan petisi gerakan Black Lives Matter (Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga) di
Amerika Serikat.
Mendengarkan hal tersebut, Raja Belanda, Williem Alexander
pun langsung mengambil tindakan cepat demi menjaga kedamaian dunia dan
mengurangi kekacauan yang terjadi. Ia mengatakan tidak akan memakai kereta kuda
itu lagi untuk upacara apapun.
Karena Kereta Kuda tersebut memiliki empat panel lukisan
yang menggambarkan kejayaan Belanda di era kolonial termasuk saat menjajah
Indonesia dahulu kala.
Gouden Koets pertama kali dibuat pada tahun 1898 dan salah
satu sisinya dihias dengan lukisan yang disebut “Penghargaan Untuk Penjajah”.
Lukisan tersebut menampilkan gambar Orang Asia dan Kulit Hitam membawa upeti
untuk seorang perempuan berkulit putih yang duduk di atas takhta mewakili
Kerajaan Belanda.
Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda menyadari dan mengakui
bahwa Kereta Kuda itu memancing emosi warga dunia.
Ia juga mengatakan bahwa Kereta Kuda tersebut merupakan
bagian dari kebudayaan dan sejarah mereka. Oleh karena itu mereka merawat Kereta
Kuda tersebut dengan baik.
“Itu semua bagian dari sejarah kami. Kereta Kuda “Gouden
Koets” terakhir kali diretorasi pada 2015 lalu,” terangnya dalam Bahasa
Belanda.
Namun walaupun berjanji tidak akan menggunakannya, Raja
Belanda tidak memiliki rencana untuk mengubah hiasan pada Kereta Kuda tersebut.
“Itu merupakan bagian dari warisan budaya kita, kita tidak
akan menulis ulang sejarah dengan restorasi,” tegas Raja Williem.