Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

Pria asal Australia Divaksinasi Empat Kali, Pakai Astra Zeneca dan Pfizer

Warga Sydney, Australia bernama Tom Lee mengantre untuk mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer setelah divaksinasi dengan vaksin AstraZeneca

Pria asal Australia Divaksinasi Empat Kali, Pakai Astra Zeneca dan Pfizer 

Seruan.id - Kabar menghebohkan datang dari seorang pria asal Sydney, Australia bernama Tom Lee. Diketahui Tom Lee telah mendapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). 

Namun yang tidak biasa dari Tom Lee,  tidak seperti mayoritas warga dunia yang mendapatkan dua dosis, Ia mengejar empat dosis vaksin , Yaitu yang dikembangkan AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech.

Menurut pendapat Lee, setelah divaksin Ia tidak merasakan adanya efek samping yang dirasakan dari mendapatkan vaksin AstraZeneca dan Pfizer tersebut. Vaksinasi yang didapatkannya masing-masing dua dosis. Pria berusia 34 tahun tersebut malah mengatakan bahwa dirinya merasa jauh lebih terlindungi.

Setelah mendapatkan vaksinasi tersebut Lee kemudian mengunggah pengalamannya yang telah mencoba vaksinasi ganda pada jejaring sosial Twitter. Lee  menuliskan bahwa dirinya telah mendapatkan "antibody maxxing" atau antibodi maksimal.

Apa yang dilakukan oleh Lee tentu menuai kontroversi dari banyak pihak. Beberapa di antaranya berkomentar dan menuduh bahwa upaya Lee telah mengambil jatah vaksin orang lain yang membutuhkan dengan mencoba memberi kekebalan lebih besar dari Covid-19 ini. 

Lee kemudian menampik tudingan tersebut dengan menyebut bahwa dirinya mendaftar seperti kebanyakan warga lainnya dan para petugas kesehatan di New South Wales pun juga tidak berkeberatan untuk memvaksinasi dirinya.

Disisi lain, tak sedikit juga yang justru mengkhawatirkan efek samping dari pencampuran vaksin yang tanpa pengawasan dari ahli tersebut.

Terlepas dari kontroversi tersebut, apa yang telah dilakukan oleh Lee dan efek sampingnya, sesungguhnya telah ada yang meneliti sebelumnya lewat sebuah studi medis yang dilakukan oleh University of Oxford di Inggris. 

Yang mana menemukan bahwa vaksin AstraZeneca diikuti dengan Pfizer memiliki tingkat kemanjuran yang sama dengan dua dosis vaksin Pfizer.Dimana penelitian ini melibatkan 830 orang berusia di atas 50 tahun.

Dari penelitian tersebut juga ditemukan bahwa pemberian vaksin AstraZeneca diikuti Pfizer akan memberikan perlindungan kuat terhadap Covid-19. Campuran dua produk vaksin ini juga menghasilkan lebih banyak antibodi, jika dibandingkan dengan dosis ganda AstraZeneca.

"Melihat bukti bahwa AstraZeneca dengan Pfizer sebenarnya memiliki produksi antibodi sembilan kali lebih banyak, hal ini menjadi tanda yang sangat menggembirakan bagi banyak negara dengan pasokan vaksin terbatas," ucap Oksana Oyzik, selaku pakar penyakit menular di University College London, dilansir News.AU, Rabu (14/7).

Germany’s Standing Committee on Vaccination (STIKO) atau komite vaksin Jerman juga telah merekomendasikan pencampuran dari vaksin, setelah penelitian menunjukkan respons imun lebih unggul ketika Vaksin AstraZeneca dikombinasikan dengan vaksin mRNA, teknologi yang digunakan dalam suntikan Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Berbagai negara, seperti Korea Selatan (Korsel), Kanada, dan Spanyol juga telah menyetujui pencampuran dari vaksin tersebut. Sementara itu, Michelle Ananda-Rajah, seorang ahli penyakit menular dari Monash University di Melbourne, mengatakan penelitian telah menunjukkan pencampuran dan pencocokan dosis justru dapat menghancurkan tingkat antibodi.

Di lain sisi, Ananda-Rajah meminta kepada warga Australia untuk mengambil vaksin apapun yang bisa mereka dapatkan karena kurangnya pasokan vaksin mRNA pada saat ini.

"Kendalanya adalah pasokan, menurut saya. Jangan menunggu yang lain, ambillah dosis kedua untuk mendapatkan manfaat penuh dari vaksinasi," ucap Ananda-Rajah lewat jejaring sosial Twitter.

Profesor Paul Kelly selaku Kepala petugas medis Australia sebelumnya telah menyerukan kepada orang-orang untuk tidak memadupadankan vaksin secara individual, tanpa pengawasan ahli. Ia menyebutkan bahwa saat ini negara tidak mencampur vaksin.

Soumya Swaminathan yang merupakan Kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan agar tidak ada lagi orang yang mencoba mencampurkan vaksin untuk mencegah Covid-19, dari produsen yang berbeda. Ia mengatakan bahwa keputusan seperti ini harus diserahkan kepada otoritas kesehatan masyarakat.

"Ini adalah salah satu tren yang berbahaya," ujar Swaminathan, dilansir The Guardian, Rabu (14/7).

Related Posts

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment