Y0eWGYxzpXyCEdgWdcCCd1ut8uzRgXO9EmGhgceU

Covid-19 dan Pelapisan Sosial Masyarakat

Oleh: Halimah Tusya'diyah
(Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Andalas)

Covid-19 adalah sebuah virus jenis baru yang terdeteksi pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan China. Cepatnya penyebaran virus ini keseluruh dunia sehingga ditetapkan sebagai pandemi. Sejak 2 Maret 2020, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengumumkan adanya kasus Covid-19 di Indonesia. Berbagai kebijakan dibuat oleh pemerintah demi menekan penyebaran virus tersebut, salah satunya Work From Home (WFH) yang bererti melakukan pekerjaan dari rumah.

Dalam penerapan kebijakan yang diserukan pemerintah ini menimbulkan permasalahan sosial yang menciptakan pelapisan sosial dalam masyarakat. Bila ditinjau menggunakan pendekatan Weber terkait strata sosial dengan acuan nilai dan gaya hidup, mewabahnya virus Corona atau Covid-19 membentuk pelapisan sosial masyarakat berdasarkan perilaku, nilai-nilai dan gaya hidup yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga lapisan sosial.

Pertama, lapisan sosial atas yakni lapisan yang ditempati oleh mereka yang memiliki kemampuan dan potensi untuk berbelanja dalam jumlah yang melebihi batas optimal bahkan lebih, memiliki pengetahuan dalam memanfaatkan internet dan menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan serta biasanya memiliki identitas dan simbol yang menandakan mereka sebagai masyarakat menengah keatas seperti kepemilikan kendaraan bermobil atau motor, gadget, rumah bertipe elit dan juga tanah. Lapisan ini ditempati oleh hampir sebagian besar kelompok masyarakat melakukan work from home selama lockdown Corona seperti aparatur negara, pejabat eksekutif, civitas akademika, pengusaha papan atas, anggota parlemen, selebritis ternama maupun youtuber. 

Kedua, lapisan sosial menengah yakni lapisan yang ditempati oleh mereka yang tidak terlalu terikat dengan perilaku konsumtif, berbelanja dalam jumlah yang wajar, mampu menggunakan internet dan sebagian bekerja secara work from home selama masa lockdown Corona. Lapisan ini ditempati oleh kelompok masyarakat yang bekerja sebagai pedagang toko dan grosir, pedagang makanan kecil-kecilan, pengusaha menengah, karyawan bergaji UMR, pekerja freelance, tenaga pendidik honorer maupun driver ojek online.

Ketiga, lapisan sosial pinggiran yakni ditempati oleh mereka yang masih awam dengan penggunaan internet, tidak mampu mencukupi kebutuhan belanja secara optimal, bekerja untuk kebutuhan subsistensi dan tahu sedikit mengenai wabah Corona. Lapisan ini ditempati oleh mereka yang bekerja sebagai buruh kasar yang mendekati usia lansia dan petani kecil subsistem lansia di desa-desa terpencil maupun kelompok masyarakat lain yang rentan secara ekonomi dan belum memiliki kemampuan optimal dalam menggunakan internet.

Adanya lapisan sosial yang tercipta akibat wabah virus ini sangat terlihat nyata yang mana mereka yang berada di lapisan sosial atas masih bisa menikmati hidup dengan kemewahan yang mereka miliki. Kebutuhan primer, sekunder maupun tersier masih mereka miliki dan rasakan. Meskipun banyak kerugian atau penurunan dalam pendapatan mereka sebelum adanya pandemi, itu tidak mengurangi atau berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mereka.

Lain halnya dengan mereka yang berada di lapisan sosial menengah dan lapisan sosial pinggiran (bawah). Mereka yang berada di lapisan sosial menengah yang bekerja sebagai pedangan itu akan merasakan kemerosotan yang sangat signifikan. Adanya penerapan work from home selama lockdown bagi mereka yang kreatif masih bisa menjalankan bisnis mereka via online seperti mempromosikan barang dangangan mereka melalui instagram maupun facebook. Tetapi bagi mereka yang masih awam akan internet dan mereka yang berjualan makanan harian itu akan menyebabkan penurunan pendapatan dan fatalnya kegagalan dalam berdagang.

Lalu, bagi mereka yang yang berada di lapisan sosial pinggiran sangat berdampak akan pendemi ini. Mereka yang berada di lapisan sosial pinggiran ini dalam memenuhi kebutuhan primer saja sangat sulit. Dapat kita lihat di media online maupun televisi banyaknya pemberitaan terkait masyarakat yang menahan lapar di tengah pandemi ini. Salah satunya, bapak 5 anak yang merupakan seorang kepala keluarga di Batam, Kepulauan Riau, terpaksa menjajakan ponsel miliknya yang rusak dari rumah ke rumah demi membeli beras di tengah wabah virus corona (Artikel: suara.com).

Terciptanya pelapisan sosial di tengah pandemi ini diharapkan kita bahu membahu baik itu lapisan sosial atas, lapisan sosial menengah maupun lapisan sosial pinggiran (bawah) agar terciptanya kesejahteraan. Bagi mereka yang berada di lapisan sosial atas maupun lapisan sosial menengah agar menyisihkan sedikit rezekinya untuk membantu saudara kita yang berada di lapisan sosial pinggiran (bawah) yang menahan lapar di tengah pandemi yang disebabkan ketidak mampuan mereka mengahadapi kondisi saat ini.

Adapun kebijakan yang di kelurkan pemerintah saat ini, itu demi kesehatan kita agar tidak terjangkit oleh virus Corona dan memutuskan rantai penyebaran virus Corona. Meski hal tersebut di luar kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan saat ini mau tidak mau kita harus membiasakannya. Dalam menjalankan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti work from home, diharapkan kita dapat meminimalisir dampak negatif virus Corona agar tidak melahirkan permasalahan yang baru. 

Semoga pandemi Covid-19 dapat teratasi dan masyarakat dapat kembali menjalankan aktivitas sosial-ekonomi seperti biasanya. Pada akhirnya kita semua dapat menjalankan fungsi sosial sebagai masyarakat dan individu pada umumnya serta mengembalikan kembali keseimbangan dalam masyarakat terkait lapisan sosial yang tercipta selama pandemi.
Related Posts

Related Posts

Masukkan kode iklan matched content di sini.

Post a Comment